Yesterday Beatles

Minggu, 17 Agustus 2008

Response to the orientation and paradigm Shifting of the Company.



In this page Ir Lilik Sumarliadi CES MM wrote about the orientation and paradigm shifting of the company as a must. Being an employee of PT Nindya Karya ( Construction State Owned Company ) of course he is always busy , but with his mastery in advanced management he also has been giving Motivation , management , and technical Seminar/workshop. With his special appearance in stage he seems to be capable in drawing the audience attention by his charming approach.

Merespons Pergeseran Orientasi Perusahaan.

Pada halaman ini Ir Lilik Sumarliadi CES MM menuangkan salah satu tulisan tentang pergeseran orientasi perusahaan. Selain sibuk dalam kegiatan sehari-hari di PT Nindya Karya Persero Lilik Sumarliadi dengan bekal pengetahuan Manajemen yang sudah advanced telah sering memberikan Seminar menjadi pembicara Motivasi , Instruktur Manajemen maupun Teknik Sipil. Dengan gayanya yang komunikatif seringkali telah berhasil menarik simpati audience untuk tetap antusias mendengarkan Ceramahnya.


IR. LILIK SUMARLIADI CES MM 

Kepala Biro Pengembangan Korporasi PT Nindya Karya (Persero)

Apabila kita mengikuti perkembangan konsep ilmu manajemen saat ini , dihadapkan pada tantangan perubahan , kita melihat adanya pergeseran yang sangat berperan dalam arah kiblat/orientasi yaitu dari customer satisfaction ke stakeholder satisfaction. Ini membawa pengaruh bahwa warna kegiatan operasional perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh banyak pihak tidak hanya oleh customer semata. Pihak yang berkepentingan yaitu stakeholder ( banyak orang menyebut sebagai pemangku kepentingan , istilah baru yang menurut saya merusak tatanan , karena selama ini disekolah sejak dahulu semua buku pelajaran menyebutkan sebagai pihak yang berkepentingan bukan pemangku kepentingan , mudah-mudahan orang menyadari ) meliputi kalangan yang sangat luas baik internal maupun eksternal.


Dengan demikian maka mengikuti perkembangan perubahan lingkungan yang semakin intens , perusahaan terpacu untuk semakin memperluas cakrawala dan pola pikir. Tekanan para stake holder memaksa kita untuk semakin peka terhadap aspirasi mereka , karena semua stakeholder harus kita penuhi keinginannya secara seimbang. Ini semua membawa dampak bahwa semakin kita lebih cenderung untuk menerapkan pola pikir outside in. Segala kegiatan perusahaan diawali dari pemahaman atas berbagai aspirasi yang berkembang diluar system internal perusahaan , perusahaan bergerak beraktifitas mengikuti irama pergerakan lingkungan yang semakin dinamis. Mau tidak mau terpaksa kita harus meninjau kembali pemahaman kita tentang berbagai aspek pengetahuan manajerial yang kita miliki saat ini. Harus ada suatu perubahan pola pikir untuk menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi saat ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Albert Einstein bahwa kita memang tidak bisa memecahkan persoalan dengan pola pikir yang sama dengan pola pikir yang kita gunakan pada saat persoalan itu terjadi.

Perubahan Pola Pikir ini haruslah dimulai dari level Direksi sebagai panutan yang diharapkan akan diikuti oleh seluruh jajaran. Lingkungan yang sangat dinamis menjadi suatu tarikan (pull) bagi perusahaan untuk siap setiap saat menghadapi perubahan. Disisi lain ada dorongan dari dalam (push) untuk juga menuju perbaikan dan perkembangan. Jelas bahwa Strategi yang akan kita terapkan disini akan pula menjadi semakin variatif dan contextual situation oriented. Dalam tahapan ini kita bisa melihat bahwa apa yang menjadi sasaran dan tujuan perusahaan akan sangat dipengaruhi atau dibatasi oleh aspirasi dari para stakeholder yang lain. Secara sederhana para karyawan perusahaan sebagai salah satu konstituen atau internal stakeholder perusahaan tentunya memiliki keinginan yang tidak terlampau rumit selain dari terpenuhinya kebutuhan dasar (fisiologis) bagi karyawan di grass root berupa pendapatan yang layak untuk bisa hidup dengan wajar pada tingkatannya masing-2. Kesinambungan pendapatan yang berarti pula kemapuan perusahaan untuk menjamin kehidupan karyawan sampai masa purna tugas pada tahapan berikutnya yang merupakan safety and security needs. Apabila kedua tahapan kebutuhan ini telah terpenuhi maka perusahaan sudah harus berpikir menciptakan belongingness needs , berupa rasa kebanggaan untuk ikut memiliki perusahaan. Karyawan mendapatkan peranan aktif ikut dalam mengelola perusahaan sebelum mereka berhak mendapatkan penghargaan atas prestasi yang mereka lakukan sebagai sebagai kebutuhan ditingkat yang lebih tinggi yaitu esteem needs. Pada tingkatan yang paling tinggi perusahaan harus bisa menciptakan situasi yang memungkinkan seseorang untuk menunjukkan aktualisasi diri mereka , menunjukkan eksistensi diri mereka , segala keunggulan dan kemampuan yang dimiliki.

Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan beberapa sasaran perusahaan yang harus dicapai mengacu pada ekspektasi internal para karyawan perusahaan sbb. :

a. Memenuhi harapan karyawan untuk mendapatkan remunerasi yang layak dengan rujukan pertama adalah nilai pendapatan yang berjalan diperusahaan sejenis , kedua adalah Peraturan penggajian dari Pemerintah dan yang ketiga yaitu kemampuan perusahaan yang merupakan factor paling dominan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam hal penggajian. Dengan demikian maka dalam jangka pendek perusahaan harus mampu mencapai kondisi sedemikian rupa sehingga Perusahaan memiliki kemampuan untuk memberikan pendapatan atas dasar dua factor yang sebelumnya yaitu dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis serta mengikuti peraturan Pemerintah.

b. Para karyawan hendaknya mendapatkan tunjangan santunan dari perusahaan untuk ikut dalam program asuransi baik terhadap pendapatan mereka maupun terhadap jabatan mereka. Ini untuk mengantisipasi apabila terjadi gangguan sakit/kecelakaan baik terhadap diri mereka maupun kecelakaan terhadap jabatan mereka yang menyebabkan mereka harus kehilangan pekerjaan atau jabatan mereka.

c. Berikutnya kegiatan perusahaan harus sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan nilai bagi perusahaan yang bisa menimbulkan kebanggaan bagi karyawan untuk ikut memiliki sekaligus bisa menjaga dan mengembangkan perusahaan sebagai bagian dari milik mereka.

d. Perusahaan harus bisa dan mampu memberikan reward bagi karyawan yang berprestasi maupun tidak berprestasi sebagai bagian dari langkah menumbuhkan motivasi bagi para karyawan serta dilaksanakan dengan secara bijaksana , seadil-adilnya dan pada saat yang betul-betul tepat.

e. Perusahaan pada tahapan selanjutnya harus menciptakan suatu wadah untuk memberikan kesempatan pada para karyawan untuk menunjukkan jati dirinya masing-masing , berbagai keunggulan dan hasil karyanya.

Selain melihat wacana yang berkembang dikalangan karyawan , perusahaan perlu meninjau kembali aspirasi dari Pemegang saham/Share holder sebagai salah satu internal stakeholder perusahaan yang utama yang secara sederhana bisa dirumuskan ekspektasinya. Secara umum perusahaan yang tidak dikelola secara langsung oleh Pemiliknya tapi oleh para Direksi yang diangkat menunjukkan fakta bahwa asset yang ada di Perusahaan selama ini tidak memberikan ROCE (Return on Capital Employed) yang wajar jauh dibawah Average Cost of Capital yang berjalan saat ini. Oleh karena itu tahapan pertama yang akan dilakukan terhadap perusahaan adalah melakukan Restrukturisasi. Hasil dari restrukturisasi ini diharapkan dapat mendorong meningkatnya profitisasi.

Dari kacamata pemegang saham kita bisa melihat bahwa sebetulnya yang menjadi pertimbangan utama bagi pemegang saham tentu saja adalah Return on Capital Employed. Pemegang saham berkepentingan terhadap perolehan laba yang layak atas asset yang ada ditangan BUMN (ROA , Return on Assets). Sebagaimana kita ketahui bahwa Return on Assets adalah merupakan hasil kali antara Profit margin (Laba terhadap Penjualan) dengan Turn Over perusahaan (Penjualan terhadap Aset). Dengan demikian jelas bahwa sebetulnya pemegang saham tidaklah terlalu berkepentingan terhadap nilai penjualan , yang penting adalah laba nominal yang wajar dibandingkan dengan nilai assets yang ada di perusahaan. Masalahnya adalah laba nominal yang tinggi diperoleh melalui Turn Over yang tinggi pula. Pada tahapan ini bisa disimpulkan bahwa Misi Pemegang saham sebagai salah satu variable bebas mempersyaratkan kemampuan perusahaan menghasilkan nilai Laba nominal sedemikian rupa sehingga dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis masih masuk dalam koridor penyimpangan yang wajar , apalagi kalau Perusahaan mampu mengkontribusikan laba tahunan yang lebih besar dari rata-rata biaya modal (Weighted Average Cost of Capital). Kemampuan menghasilkan laba ini tentu saja harus dikaitkan dengan aspirasi karyawan yang merupakan ujung tombak perusahaan dalam melaksanakan berbagai kegiatannya. Untuk selanjutnya kemudian kita masih harus berpikir tentang pemenuhan kebutuhan stakeholder yang lain.


Tidak ada komentar: